09 Juni 2010

Hampa

Hidupku terasa hampa

Cinta yang Kau janjikan bukanlah untukku

Kumandang adzan yang menggema

Membuatku menangis


Saat syahadat yang ku ucap

Hanya kata ynag tak berarti

Aku tak merasa dekat dengan-Mu

Cinta-Mu terasa jauh


Binatang-binatang dan tumbuhan-tumbuhan bersujud kepada-Mu

Langit merasa rendah dihadapan-Mu

Namun aku. . tak berdaya saat sakitku

Tak pernah lagi bersujud kepada-Mu


Setiap hari aku bertasbih

Menyebut nama-Mu, memuja-Mu

Berharap ini kan selesai

Ingin lagi ku bersujud dan menyembah-Mu


Tapi.......

Diri yang kotor ini menghalangi niatku

11 Februari 2010

Bukan Memiliki

Senyum tak begitu ditebar

Mata yang memancarkan ketulusan

Suara berat tak banyak berkata

Keindahan yang tampak

Hanyalah kesederhanaan

Mungkinkah aku mengaguminya?

Adakah dia melihatku?

Mimpi...

Jawaban dari semua tanya

Aku hanya mengagumi

Bukan untuk memiliki

Cinta-Mu

Hembusan nafas-Mu
Begitu tersa

Tatkala ia tinggal sehelai


Tangisan air mata

Menghiasi wajah

Saat perih

Menyesakkan dada

Di sudut kamar
Nan gelap

Tersudut ku menangis

Memanggil-MU


Hati ku tersayat

Kala cinta dari-Mu

Tak meraba ku


Sendiri aku menahan sakit

Semua orang di sekitarku

Pergi menjauh


Rapuh rasanya raga ini

Lelah rasanya jiwa ini


Namun,

Cinta-Mu menguatkan

Tubuh rentanku

Bangkit

Hujan menghiasi bumi
Seolah enggan berhenti

Kala anak itik tersudut
Terkucilkan dari kelompoknya

Ibu musang pun
Hanya menatapnya
Dari kejauhan

Tak mau mendekat
Tak mau perduli
Sendiri,

Termenung,
Meratapi nasibnya
Malang,

Hingga akhirnya dia bangkit
Beranjak dari keterpurukan
Tercengang,
Semua di buatnya

Heran,
Tapi inilah dia
Si anak itik
Yang tumbuh
Menjadi ayam dewasa

Tak mau lagi sendiri
Tak mau lagi terpinggirkan

Mencoba menjadi sesuatu
Yang lebih di hargai
Tanpa harus
Di pandang sebelah mata

BAYANGANMU

Aku Bercermin di atas kaca
Tak ku liat air wajahku
Bening,
Tak berwarna

Aku bercermin di atas kaca
Tak ku liat air wajahmu
Gelap,
Tak tersirat

Aku menulis
Di atas kertas
Bayangmu mengalir lembut

Hanya bayang
Yang terlintas
Namun,
Terasa perih

Luka yang dulu
T’lah menutup
Kini menganga
Tak henti-hentinya
Memancarkan nanahnya

Nadamu

Bergema seisi ruang
Kau buat
Arahmu mengalur lembut
Menyayat pasti
Dengarmu begitu merdu
Dengarku begitu perih
Kau tutup nafasmu
Dengan harmoni
Tak kau hirau
Aungan suara
Tertawa tercampur canda